10 Kasus korupsi terbesar di dunia

Jakarta (SOHIB21) – Korupsi merupakan salah satu permasalahan terbesar yang dihadapi berbagai negara di dunia. Tindak kejahatan ini tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga menghambat pembangunan, memperburuk ketimpangan sosial, dan merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Dalam beberapa dekade terakhir, banyak skandal korupsi besar yang terungkap di berbagai belahan dunia, melibatkan tokoh politik, pejabat tinggi, hingga perusahaan multinasional. Beberapa di antaranya bahkan mencapai nilai miliaran dolar, mengalihkan dana publik untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

Artikel ini akan membahas sepuluh kasus korupsi terbesar di dunia yang mencerminkan betapa sistematisnya praktik korupsi di berbagai negara.

Mulai dari skandal suap perusahaan raksasa, penyalahgunaan dana negara oleh pemimpin pemerintahan, hingga pencucian uang dalam jumlah fantastis, setiap kasus memberikan gambaran bagaimana korupsi dapat merusak tatanan ekonomi dan sosial suatu bangsa.

Berikut adalah daftar sepuluh kasus korupsi terbesar yang pernah terungkap di dunia.

Sejak tahun 1990-an, perusahaan teknologi asal Jerman, Siemens AG, terbukti melakukan praktik suap terhadap pejabat pemerintah di berbagai negara dengan total mencapai US$ 1,4 miliar (sekitar Rp12,5 triliun dengan kurs saat itu). Praktik ini semula dianggap sah dan dapat mengurangi pajak perusahaan. Namun, pada 2006, skandal ini terbongkar, mengakibatkan Siemens dijatuhi denda sebesar US$ 1,6 miliar.

Sani Abacha, yang menjabat sebagai Presiden Nigeria dari 1993 hingga 1998, diketahui telah menggelapkan dana negara sebesar US$ 3-5 miliar. Setelah kematiannya, penyelidikan menemukan dana yang disembunyikan di berbagai rekening luar negeri, menjadikannya salah satu kasus korupsi terbesar di Afrika.

Alberto Fujimori, Presiden Peru (1990-2000), terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia dan penggelapan dana publik sebesar US$ 600 juta. Salah satu skandal terbesar yang melibatkannya adalah kasus Vladimiro Montesinos, penasihat keamanannya, yang terbukti melakukan suap kepada anggota parlemen.

Skandal ini menyebabkan pengunduran diri Fujimori yang saat itu berada di Jepang pada tahun 2000, dan akhirnya ia diekstradisi ke Peru pada 2005 serta dijatuhi hukuman penjara 25 tahun.

Ramzan Kadyrov, pemimpin Chechnya, diketahui mengumpulkan dana sebesar US$ 648-864 juta per tahun melalui pajak tidak resmi dari warganya. Dana ini sebagian digunakan untuk pembangunan infrastruktur, tetapi juga diduga digunakan untuk kepentingan pribadi, termasuk acara ulang tahun mewah dan hadiah bagi tokoh terkenal.

Selama 1987-2011, Presiden Tunisia, Ben Ali, menerapkan aturan ketat terkait investasi yang memungkinkan keluarganya menguasai berbagai sektor industri. Akibatnya, keluarga Ben Ali berhasil mengumpulkan kekayaan hingga US$ 13 miliar. Setelah digulingkan pada 2011, asetnya disita dan dilelang oleh pemerintah Tunisia.

Mantan Presiden Ukraina, Viktor Yanukovych, melarikan diri ke Rusia pada 2014 setelah kerusuhan sipil. Ia diduga menggelapkan dana negara sebesar US$ 40 miliar melalui jaringan perusahaan cangkang. Dari jumlah tersebut, pemerintah Ukraina hanya berhasil memulihkan sekitar US$ 1,5 miliar.

Ricardo Martinelli, Presiden Panama (2009-2014), diduga melakukan penyelewengan dana publik dalam proyek kesejahteraan sosial dan pendidikan. Ia juga menggunakan dana negara untuk memata-matai lebih dari 150 orang, termasuk politisi dan jurnalis. Setelah diekstradisi dari AS pada 2018, ia diadili di Panama.

1Malaysia Development Berhad (1MDB) adalah skandal keuangan terbesar di Malaysia, dengan dana sebesar US$ 4,5 miliar yang diselewengkan. Skandal ini melibatkan mantan Perdana Menteri Najib Razak, yang akhirnya dihukum penjara setelah terungkap bahwa sebagian dana mengalir ke rekening pribadinya dan digunakan untuk membeli properti mewah serta hadiah bagi selebriti.

Skema Russian Laundromat melibatkan pencucian uang sebesar US$ 20-80 miliar dari dana publik. Modusnya menggunakan perusahaan cangkang di Inggris yang mengeluarkan pinjaman fiktif, lalu dana tersebut dipindahkan ke bank-bank di Moldova dan Latvia sebelum akhirnya dicuci di Eropa Barat. Skandal ini memicu investigasi besar terhadap beberapa bank global.

Skandal Gürtel merupakan kasus korupsi terbesar dalam sejarah demokrasi Spanyol, melibatkan suap dan penggelapan dana publik. Francisco Correa, tokoh utama dalam skandal ini, dijatuhi hukuman 51 tahun penjara, sementara mantan bendahara Partai Rakyat (Partido Popular), Luis Bárcenas, dihukum 33 tahun. Skandal ini juga berkontribusi pada jatuhnya pemerintahan Mariano Rajoy pada 2018.

Kasus-kasus di atas menunjukkan bagaimana korupsi dapat merusak perekonomian, menciptakan ketidakadilan sosial, dan menghancurkan kepercayaan publik terhadap pemerintah. Oleh karena itu, upaya pemberantasan korupsi harus menjadi prioritas global.

Copyright © SOHIB21 2025


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *