Kecemasan bayangi semangat Ramadhan warga Gaza

Gaza (SOHIB21) – Di tengah kehancuran yang luas dan kehilangan orang-orang tercinta, warga Palestina di Jalur Gaza tahun ini terpaksa menyambut bulan suci Ramadhan dengan luka emosional dan kondisi fisik yang kelelahan, setelah 15 bulan rentetan serangan Israel di daerah kantong yang terkepung itu.

Sementara umat Islam di seluruh dunia menyambut Ramadhan dengan doa dan perayaan, pemandangan di Gaza justru mencerminkan kisah sebaliknya.

Dengan berakhirnya fase pertama gencatan senjata antara Palestina dan Israel pada Sabtu (1/3), dan belum adanya sinyal dimulainya fase kedua gencatan senjata, warga Gaza kini hidup dalam kecemasan tinggi, dan ketakutan akan kemungkinan konflik yang bisa kembali pecah kapan saja.

“Hari-hari yang berlalu tanpa serangan telah memberikan sedikit kelegaan. Namun di saat yang sama, kami hidup dalam ketakukan akan terjadinya kembali serangan,” kata Om Mohammed al-Najjar dari Khan Younis, Gaza selatan.

Dirinya kehilangan tempat tinggal dalam pengeboman baru-baru ini.

“Kini, tidak ada rumah, bahkan tidak ada meja makan. Kami terpaksa berdesakan di dalam tenda kecil, dan makanan yang kami miliki hampir tidak mencukupi,” tambahnya.

“Kami tahu dekorasi ini tidak akan mengubah realitas kami,” kata Radi.

“Namun, ini adalah bentuk pesan bahwa kami masih di sini, masih bertahan hidup, bahkan di masa-masa tergelap sekalipun. Ini memang bukan solusi, tetapi saya ingin memberikan pesan harapan dan kegembiraan bagi anak-anak saya,” pungkasnya.

Pewarta: Xinhua


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *