Jakarta (SOHIB21) – Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyampaikan bahwa penyaluran kredit konsumsi oleh industri perbankan masih menunjukkan kinerja yang positif di tengah kekhawatiran pelemahan daya beli masyarakat.
Secara keseluruhan, kinerja intermediasi perbankan melanjutkan tren pertumbuhan
“Sementara itu, kalau kita lihat kualitas kredit konsumsi juga tetap terjaga dengan rasio
Dian juga menyebutkan bahwa porsi kredit
Per Januari 2025, baki debet kredit BNPL sebagaimana yang dilaporkan dalam SLIK tumbuh sebesar 46,45 persen yoy menjadi Rp22,57 triliun, dengan jumlah rekening mencapai 24,44 juta.
“Jadi artinya, sebetulnya bisa dikatakan nominal maupun juga total debitur itu juga terus meningkat,” kata Dian.
Ketika ditanya apakah perbankan perlu lebih konservatif dalam menyalurkan kredit konsumtif untuk mencegah lonjakan kredit bermasalah, Dian mengatakan bahwa penyaluran kredit oleh bank sebetulnya bukan tentang konservatif atau tidak konservatif melainkan apakah penyaluran tersebut dilakukan secara
Dalam hal penyaluran kredit konsumtif ini, jelas dia, maka bank akan selalu melakukan analisis kelayakan debitur dengan mempertimbangkan kemampuan membayar calon debitur serta stabilitas keuangan.
“Dalam penyaluran kredit, tentu saja bank itu wajib memperhatikan prinsip kehati-hatian. Kemudian ada manajemen risiko dan tata kelola yang baik. Tentu karena bank itu adalah lembaga intermediasi, uang yang ada di bank itu adalah uang masyarakat. Jadi tidak bisa digunakan semena-mena,” kata Dian.
Ia juga mengingatkan bahwa terdapat beberapa program pemerintah yang dirancang untuk menguatkan daya beli masyarakat pada tahun ini seperti insentif pajak penghasilan (PPh) bagi pekerja industri padat karya dan diskon pembelian listrik bagi masyarakat kelas menengah. Melalui program tersebut, diharapkan kekhawatiran terhadap pelemahan daya beli masyarakat dapat teratasi.
“Dengan adanya inisiatif pemerintah dimaksud dan dukungan dari berbagai
Sebagai informasi, penyaluran kredit perbankan pada Januari 2025 mencapai Rp7.782 triliun atau tumbuh 10,27 persen yoy. Pertumbuhan tersebut sedikit melambat dibandingkan bulan Desember yang tumbuh 10,39 persen yoy.
Ditinjau dari kepemilikan, bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu sebesar 10,98 persen yoy.
Secara keseluruhan, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL
Meskipun meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, catat OJK, namun rasio NPL
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Leave a Reply