Melatih kesabaran hingga ekspresi diri lewat seni Kanji

Surabaya (SOHIB21) – Berkunjung ke Jepang, mungkin mayoritas wisatawan akan menyerbu kuliner, hingga ke sudut-sudut keramaian kota, seperti Shibuya, Tokyo, yang terkenal dengan persimpangan jalan yang ramai serta kehidupan malam, hingga kebudayaan yang trendi.

Padahal, apabila menengok lebih dalam, Jepang memiliki beragam kebudayaan yang menyimpan filosofi. Salah satunya adalah seni tulisan Kanji yang dapat melatih kesabaran, hingga untuk sarana ekspresi diri.

Beberapa waktu lalu, SOHIB21 berkesempatan mengunjungi kota kecil yang berjarak sekitar 1.200 kilometer dari Tokyo untuk belajar secara langsung mengenai seni tulisan Kanji melalui program “Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youth” (JENESYS).

Di suatu pagi yang tenang, dengan diwarnai guyuran hujan salju cukup lebat, para peserta program JENESYS mendatangi SMA Takikawa Barat di Hokkaido, Jepang. Tampak para guru dan beberapa siswa menyambut hangat peserta.

Memasuki sebuah ruangan, terlihat setumpuk kertas, kuas besar, tinta hitam, dan sebuah balok persegi panjang terbuat dari besi telah tersusun rapi di atas meja. Seorang guru SMA Takikawa Barat dibantu dengan beberapa muridnya memberikan sedikit arahan mengenai tulisan Kanji kepada peserta JENESYS.

Diketahui, terdapat tiga tipe karakter tulisan yang digunakan di Jepang, yaitu Kanji, Hiragana, dan Katakana. Kanji sendiri merupakan karakter yang diperkenalkan oleh China ke Jepang pada tahun 57 Anno Domini (AD) atau Masehi.

Kanji memiliki lima tipe

Tipe

Tipe

Sementara

Untuk

Orang Jepang berkomunikasi melalui tulisan menggunakan karakter Kanji China, sedangkan ketika berbicara melalui lisan mereka menggunakan dialek tradisional asli Jepang.

Kaligrafi Kanji, bagi masyarakat Jepang bukan sekadar huruf sebagai medium berkomunikasi melalui tulisan, melainkan merupakan sebuah karya seni yang autentik.

Menurut mereka, Kanji adalah sebuah seni menulis dan mengekspresikan semua rasa yang didapat saat menuliskan suatu huruf atau kata ke atas kertas.

Oleh sebab itu, masyarakat Negara Sakura sangat menghargai seluruh tahapan proses yang dilalui ketika sedang menulis kaligrafi Kanji. Mereka percaya bahwa keyakinan dalam menikmati proses ini akan menghasilkan huruf yang benar dan indah.

Melalui terciptanya tulisan yang indah itu dinilai dapat menyampaikan kepribadian, hingga emosi, serta perasaan penulis kepada orang lain. Sayangnya, kini banyak orang yang menulis kaligrafi Kanji secara asal, sehingga makna seni sesungguhnya mulai sulit ditemukan.

Sesudah memberi arahan, para peserta JENESYS diperbolehkan untuk langsung mencoba menulis kaligrafi Kanji dengan peralatan yang sudah disiapkan. Membuka kertas hingga menggenggam kuas, lalu mencelupkannya ke dalam botol tinta.

Peserta tampak sangat bersemangat menjajal menulis satu kata dari beberapa yang telah disiapkan, seperti YuTaKa yang berarti kaya, YuKi yaitu salju, Wa yang berarti perdamaian dan harmoni, serta YuMe yang berarti mimpi.

Saat menjajal, ternyata para peserta kewalahan, hasilnya

Rina, seorang siswa SMA Takikawa Barat yang mendampingi peserta mengatakan menulis Kanji memang tidak mudah. Terkadang dibutuhkan kesabaran, namun seketika juga dapat dibutuhkan kecepatan, tergantung pada hurufnya.

Sambil mencontohkan, Rina menuturkan bahwa ada teknik khusus yang harus diketahui, bahkan dirasakan oleh penulis, termasuk mengenai kapan waktu yang tepat untuk menekan, menarik, dan mengangkat kuas dari kertas.

Garis yang dihasilkan pada tulisan akan mampu menggambarkan perasaan penulis, mulai dari gelisah, tenang, marah, sedih, bahagia, dan sebagainya. Bahkan, penulis harus mampu mencocokkan garis yang dihasilkan dengan Kanji yang sedang ditulis.

Seperti Wa atau kedamaian dan harmoni yang garis tulisannya harus menggambarkan ketenangan dan kesabaran. Atau YuMe yang berarti mimpi sehingga garis Kanji harus mencerminkan optimisme dan rasa percaya diri.

Setelah menghabiskan banyak kertas untuk berlatih, para peserta JENESYS pun mulai bisa menyesuaikan tangannya hingga menghasilkan tulisan Kanji yang cukup sesuai dengan maknanya. Tidak puas dengan kata-kata Kanji yang dipilihkan oleh guru, peserta mulai mengeksplor kata lain.

Rina mengatakan tidak semua kata dapat ditulis dengan huruf Kanji, peserta harus mencari huruf atau kata Kanji terdekat dari nama kita. Bahkan, dari hal itu, peserta dapat mengetahui makna nama mereka dalam Kanji Jepang.

Seperti Astrid yang terdiri dari dua kata Kanji Jepang bermakna burung-burung yang selalu terbang untuk mencari tempat yang damai, baik, dan indah. Para peserta pun turut menuliskan namanya di sebuah kertas tebal yang telah disediakan dan membawanya pulang sebagai kenang-kenangan.

Editor: Masuki M. Astro


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *