PM Li Qiang akui kondisi ekonomi China pada 2024 tidak mudah

Beijing (SOHIB21) – Perdana Menteri China Li Qiang mengakui perekonomian negaranya pada 2024 tidak mudah namun tetap dapat mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 5 persen.

“Pencapaian kita pada 2024 tidak diraih dengan mudah. ​​Dampak buruk dari perubahan kondisi internasional dan beberapa masalah struktural yang mengakar yang telah menumpuk di dalam negeri selama bertahun-tahun mulai tampak,” kata PM Li QIang dalam pembukaan Sidang Kongres Rakyat Nasional China (NPC) di Balai Agung Rakyat, Beijing, Rabu.

PM Li menambahkan sejumlah masalah struktural itu antara lain adalah permintaan domestik yang lesu diperparah oleh harapan publik yang lemah ditambah masalah lain termasuk bencana alam seperti banjir sering terjadi di beberapa wilayah China.

Sidang NPC (National People’s Congress) adalah bagian dari rangkaian sidang parlemen “Dua Sesi” yang berlangsung pada 4-11 Maret 2025. Sidang itu bertujuan untuk mengkaji laporan kerja pemerintah pusat 2024 dan menetapkan rencana kerja pemerintah China pada 2025.

“Tapi ekspansi ekonomi China tetap stabil dengan Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat menjadi 134,9 triliun yuan (sekitar Rp298 kuadriliun) atau naik 5 persen dibanding tahun sebelumnya,” ujar PM Li.

“China menempati peringkat di antara negara-negara ekonomi utama dengan pertumbuhan tercepat di dunia yang terus berkontribusi terhadap sekitar 30 persen pertumbuhan ekonomi global,” tambah PM Li.

Selain itu, PM Li menyebut ada penciptaan 12,56 juta lapangan kerja di wilayah perkotaan dan tingkat pengangguran perkotaan rata-rata 5,1 persen sementara cadangan devisa melampaui 3,2 triliun dolar AS (Rp51.200 kuadriliun).

“Pada 2024, ekonomi China mengalami awal yang baik pada kuartal pertama. Namun, dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal, indikator ekonomi mulai menurun sejak kuartal kedua, menambah tekanan kepada ekonomi,” ungkap PM Li.

“Pemerintah pun mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah-masalah penting, dan memastikan penerapan kebijakan telah diadopsi,” kata PM Li melanjutkan.

PM Li mengeklaim China mencapai pemulihan permintaan domestik yang cepat, mempercepat pertumbuhan produktivitas dan peningkatan yang nyata dalam ekspektasi pasar.

“Berbagai upaya dilakukan untuk membendung penurunan dan memulihkan stabilitas di pasar properti. Kami menurunkan suku bunga untuk pinjaman kredit perumahan dan uang muka properti dan mengurangi kredit perumahan hingga 150 miliar yuan melalui pembayaran bunga dalam kredit berjalan,” ungkap PM Li.

Selain itu pemerintah pusat juga mereformasi badan usaha milik negara (BUMN) dan terus meningkatkan tata kelola sektor-sektor milik negara, termasuk menyusun rancangan undang-undang usaha swasta kepada NPC untuk mendukung ekosistem perusahaan swasta.

“Lingkungan eksternal yang semakin kompleks dan parah dapat memberikan dampak yang lebih besar pada China di bidang perdagangan, sains, dan teknologi,” tutur PM Li.

“Pertumbuhan ekonomi global lemah, unilateralisme dan proteksionisme yang meningkat, sistem perdagangan multilateral yang terganggu serta hambatan tarif terus meningkat merusak stabilitas rantai industri dan pasokan global serta menghambat ekonomi internasional,” jelas PM Li.

Selain itu ketegangan geopolitik juga memengaruhi ekspektasi pasar global dan kepercayaan investasi serta memicu risiko volatilitas di pasar global.

“Di dalam negeri, fondasi pemulihan dan pertumbuhan ekonomi China yang berkelanjutan tidak cukup kuat. Permintaan dan konsumsi lemah, beberapa perusahaan menghadapi kesulitan dalam produksi dan operasi maupun keterlambatan pembayaran kredit sehingga ada tekanan terhadap pada penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan pendapatan,” ungkap PM Li.

PM Li pun mengajak para anggota NPC untuk melakukan upaya yang lebih besar untuk mengatasi masalah sosial dan kurangnya koordinasi di beberapa bidang.

“Beberapa kementerian pemerintah tidak sepenuhnya berorientasi pada layanan dan dengan demikian sering kali tidak efisien. Beberapa pejabat bertindak sewenang-wenang atau tidak memiliki dorongan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas. Korupsi masih menjadi masalah umum di beberapa sektor dan daerah,” tegas PM Li.

Pemerintah pusat China telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi pada 2025 adalah sekitar 5 persen atau sama dengan target pada 2024. Untuk mencapai target tersebut, PM Li mengatakan perlu dilakukan perbaikan struktural dan peralihan ke sektor pendorong pertumbuhan ekonomi baru.

“Kami juga telah menetapkan rasio defisit terhadap PDB untuk tahun ini sekitar 4 persen, meningkat satu persen dari tahun lalu. Defisit pemerintah ditetapkan sebesar 5,66 triliun yuan (sekitar Rp15,73 kuadriliun, meningkat 1,6 triliun yuan (sekitar Rp4,4 kuadriliun) dari angka anggaran tahun lalu,” ungkap PM Li.

Pengeluaran pemerintah China diproyeksikan mencapai 29,7 triliun yuan (sekitar Rp82,56 kuadriliun), meningkat 1,2 triliun yuan (sekitar Rp3,3 kuadriliun) dari tahun lalu.

Pemerintah China pada 2025 juga akan menerbitkan obligasi ultra-panjang senilai 1,3 triliun yuan atau lebih banyak 300 miliar yuan dari 2024.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 500 miliar yuan akan diterbitkan untuk pemulihan modal bank-bank BUMN.

Pewarta: Desca Lidya Natalia


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *