Jakarta (SOHIB21) – Dompet Dhuafa menyebutkan, pihaknya bersama Samudera Peduli membangun sumur dari tanah yang diwakafkan, guna mengatasi kekeringan yang melanda warga Desa Cupang dan Desa Guwa Kidul, Cirebon, Jawa Barat.
Kepala Lembaga Pengembangan dan Investasi Wakaf Dompet Dhuafa Prima Hadi Putra menyebutkan, kehadiran Sumur air ini merupakan ekosistem wakaf yang hasilnya merupakan Layanan Program Air Bersih.
“Wakaf sendiri merupakan pemisahan harta benda berupa aset yang kemudian digunakan untuk kebermanfaatan luas dan lestari,” ujar Prima dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.
Dia menjelaskan, Desa Cupang memiliki tipologi tanah dengan bebatuan kapur menjadi alasan mengapa daerah ini mengalami kekeringan. Tanah yang minim resapan ini juga dikelilingi oleh pertambangan yang membuat sumber air utama semakin mengering.
Penanggung jawab Pelaksana Program Wakaf Sumur di Jawa Barat Yogi menuturkan bahwa pihaknya bersama tim Samudera Peduli dan Dompet Dhuafa melakukan asesmen ke beberapa titik sumur menggunakan metode geolistrik. Tak disangka, penemuan sumber air berada di pekarangan rumah Sanusi (45), seorang warga Desa Cupang yang kemudian mewakafkan tanahnya untuk menjadi sumber air bersih.
Dia menyebutkan, atas kolaborasi Samudera Peduli dan Dompet Dhuafa mengerahkan tenaga ahli untuk memulai proses penggalian selama 45 hari. Dengan kedalaman 30 meter, sumur tersebut mampu mengeluarkan air sebanyak 2 liter per detik yang terkumpul dalam toren yang berkapasitas 5 ribu liter, untuk suplai bagi 90 Sambungan Rumah (SR) yang meliputi 100 keluarga dan satu mushola.
Dewan Pengurus Yayasan Samudera Peduli
“Banyak pihak yang terlibat, termasuk warga. Semoga sumber air bersih melalui Sumur Air ini dapat membuka keberkahan juga bagi warga, bagi Pak Sanusi selaku pewakif, juga Samudera Peduli dan Dompet Dhuafa,” tuturnya.
Sanusi sebagai pewakif tanah sekaligus penerima manfaat menyampaikan, saat ini pengaliran air bersih menjadi melimpah. Kini, kurang dari satu jam saja, toren sudah terisi penuh.
“Setelah tau di belakang rumah saya terdapat titik sumber air, saya langsung mengikhlaskan tanah saya dibangun sumur untuk sumber air masyarakat. Ini demi kebaikan bersama dalam menghadapi kemarau,” ujar Sanusi.
Selain desa Cupang, Samudera Peduli dan Dompet Dhuafa juga membangun sumur di Desa Guwa Kidul, dengan menggandeng Kelompok Kerja Masyarakat (KKM) Sumber Toya yang sebelumnya bertanggung jawab mengelola pemanfaatan sumber air resapan sejak 2019.
Sekretaris KKM Sumber Toya Rifah menyebutkan, sebelumnya sumber air andalan Desa Guwa Kidul ini tak mencukupi kebutuhan penduduk yang memiliki 340 SR, tiga pondok pesantren, satu sekolah, enam mushola. Rifah menyebutkan, pompa air yang pihaknya kelola hanya menghasilkan sedikit air dan keruh.
Samudera Peduli dan Dompet Dhuafa kemudian melakukan asesmen yang berlanjut pada proses pembangunan Sumur Air dengan kedalaman 50 meter, dengan kapasitas 4 liter per detik.
“Semula 340 SR, sekarang jadi 350 SR. Kami menetapkan harga yang berjenjang atau subsidi silang. Kita menyesuaikan kondisi ekonominya. Dengan harga 10 liter pertama seharga 3 ribu, kemudian ada 4 ribu berikutnya 5 ribu. Untuk pesantren dan sekolah kami menetapkan di harga 4 ribu. Terkadang ada masyarakat yang menurun daya ekonominya, biasanya kami berikan keringanan untuk membayar di waktu yang lain,” katanya Rifah.
Dia berharap program wakaf ini dapat menghasilkan surplus yang baik untuk kesejahteraan masyarakat sendiri, serta
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Leave a Reply