Jakarta (SOHIB21) – Gunung Everest merupakan puncak tertinggi di dunia dengan ketinggian mencapai 8.849 meter di atas permukaan laut, sering kali menjadi subjek spekulasi mengenai potensi bencana geologis.
Salah satu pertanyaan yang muncul adalah apakah Gunung Everest bisa meletus seperti gunung berapi? Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda perlu memahami karakteristik geologi dari Gunung Everest serta bagaimana gunung ini terbentuk.
Secara geologis, Gunung Everest bukanlah gunung berapi, melainkan gunung lipatan yang terbentuk akibat pergerakan lempeng tektonik. Gunung ini terbentuk akibat tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia, yang menyebabkan lapisan batuan sedimen dan metamorf terangkat dan membentuk Pegunungan Himalaya.
Sebagai gunung lipatan, Everest tidak memiliki kantung magma di bawahnya seperti gunung berapi pada umumnya. Gunung berapi terbentuk dari aktivitas vulkanik yang melibatkan pergerakan magma dari dalam bumi ke permukaan. Tanpa kantung magma dan aktivitas vulkanik, Everest tidak memiliki kemungkinan untuk mengalami letusan seperti gunung berapi aktif lainnya.
Ada beberapa alasan utama yang menjelaskan mengapa Gunung Everest tidak bisa meledak seperti gunung berapi:
Gunung Everest terdiri dari batuan sedimen dan metamorf yang terangkat akibat tekanan tektonik, bukan dari aliran lava yang membentuk gunung berapi. Gunung berapi terbentuk dari endapan lava dan abu vulkanik yang mengeras, sedangkan Everest terbentuk dari batuan yang terlipat akibat tekanan besar.
Everest terletak di zona tumbukan antara dua lempeng benua, bukan di zona subduksi atau
Gunung berapi meletus karena adanya kantung magma yang menumpuk tekanan hingga akhirnya memuntahkan lava dan gas ke permukaan. Everest tidak memiliki struktur ini, sehingga tidak ada mekanisme yang memungkinkan terjadinya letusan.
Gunung Everest tidak menunjukkan tanda-tanda aktivitas vulkanik seperti gempa vulkanik, gas belerang, atau mata air panas, yang umumnya menjadi indikator aktivitas gunung berapi.
Meskipun Everest tidak bisa meledak seperti gunung berapi, gunung ini tetap rentan terhadap ancaman geologis lainnya, seperti:
Jika Gunung Everest adalah gunung berapi aktif dan mengalami letusan besar, dampaknya akan sangat menghancurkan. Negara-negara di sekitarnya seperti Nepal, Tibet, Bhutan, India, dan China bisa mengalami bencana besar akibat aliran lava, awan panas, dan abu vulkanik.
Letusan semacam itu juga dapat mempengaruhi iklim global dengan menyemburkan jutaan ton abu ke atmosfer, yang dapat menghalangi sinar matahari dan menyebabkan penurunan suhu drastis.
Namun, karena Everest bukan gunung berapi, skenario bencana ini tidak mungkin terjadi. Meskipun begitu, tantangan geologis lainnya tetap harus diwaspadai oleh para pendaki dan penduduk di sekitar Himalaya, demikian mengutip sejumlah laman geologi.
Pewarta: Raihan Fadilah
Leave a Reply