Mektri, museum edukasi mesin kuno industri pertama di Indonesia

Banda Aceh (SOHIB21) – Museum Mektri di Peulanggahan, Banda Aceh, menjadi wadah pembelajaran dan pelestarian mesin kuno teknologi industri pertama di Indonesia.

Pemilik Museum Mektri, Suhendrianto, di Banda Aceh, Kamis, menjelaskan kehadiran Mektri (Mesin Kuno Industri) bermula pada tahun 2014, ketika dia secara tidak sengaja menemukan mesin buatan Jerman tahun 1921 dalam kondisi rusak di sebuah gudang besi tua.

“Seolah melihat singa Eropa. Meskipun mati tetaplah singa, keberadaannya sampai ke tanah ini menunjukkan sebagai singa liar, mahakarya hasil kemerdekaan ilmu pengetahuan bangsa Eropa,” katanya.

Momen itulah yang menjadi motivasi utama Suhendrianto, laki-laki kelahiran Aceh Tamiang, 9 Desember 1977 yang juga merupakan dosen Fakultas Teknik Industri di Universitas Syiah Kuala (USK) untuk mengumpulkan dan melestarikan berbagai mesin kuno industri.

Selama 10 tahun, dia berhasil mengumpulkan 38 unit mesin industri kuno secara mandiri. Koleksi ini kemudian menjadi modal utama dalam pendirian Yayasan Mektri, Museum, dan Workshop pada tahun 2023.

“Yayasan memfasilitasi materi kemerdekaan ilmu pengetahuan, workshop pendukung restorasi mesin kuno, dan museum menjadi ‘kandang singa’ ilmu dan pengetahuan yang merdeka,” katanya.

Suhendrianto juga menyampaikan museum ini telah resmi berdiri di Peulanggahan, Banda Aceh, pada 3 Mei 2024 oleh Anies Baswedan yang merupakan Calon Presiden RI periode 2024-2029.

Saat ini, Museum Mektri memiliki koleksi mesin kuno industri yang dibuat pada rentang tahun 1921–1978. Mesin-mesin kuno tersebut diperoleh dengan cara membeli dari masyarakat.

“Hampir semuanya saya beli dan saya cari sendiri, hanya satu yang merupakan benda hasil sumbangan. Lainnya saya beli sendiri, sekitar Rp5 juta untuk satu mesin,” katanya.

Dia berharap melalui benda koleksi yang terdapat di museumnya, Mektri dapat menjadi tambahan materi pelajaran untuk kemajuan pendidikan Indonesia dan berkontribusi secara global untuk mendukung kampanye dan akselerasi dari Sustainable Development Goals (SDGs).

“Key generations yang saya harapkan menjadi pengunjung adalah siswa-siswa SD karena mereka merupakan generasi penerus bangsa dan selanjutnya mahasiswa yang sedang belajar mesin industri dapat melihat peradaban mesin di sini,” katanya.*

Pewarta: Nurul Hasanah


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *