OJK: Perbankan optimis kinerja tetap baik meski ada tren koreksi saham

Mereka juga akan tetap fokus pada kinerja fundamental yang solid dan tata kelola yang baik, sehingga akan tetap bisa menjaga kepercayaan investor baik domestik maupun internasional.

Jakarta (SOHIB21) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan kalangan perbankan optimis terhadap kinerja yang akan tetap baik ke depan meskipun dihadapkan pada situasi atau tren penurunan harga saham perbankan yang terjadi belakangan ini.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan, optimisme tersebut tercermin dari hasil Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) triwulan I-2025 dengan Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP) yang berada pada zona optimis.

“Mereka juga akan tetap fokus pada kinerja fundamental yang solid dan tata kelola yang baik, sehingga akan tetap bisa menjaga kepercayaan investor baik domestik maupun internasional,” kata Dian dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner OJK Bulanan (RDKB) Februari 2025, di Jakarta, Selasa.

Dian menambahkan, OJK juga senantiasa mengimbau industri perbankan untuk meningkatkan transparansi dan komunikasi yang proaktif kepada investor retail maupun institusi. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan

“Karena sebetulnya kalau saya dapat katakan, sekarang ini situasinya adalah perbedaan antara persepsi

Dengan strategi yang lebih terarah serta pengelolaan risiko yang

“Kita jangan lupa bahwa Indonesia itu masih

OJK, kata Dian, akan terus memantau kondisi industri perbankan nasional serta membangun kolaborasi dengan berbagai pihak untuk memastikan kinerja perbankan yang selama ini sudah sangat baik agar terus bertahan menjadi lebih baik lagi.

Dian mengatakan, kondisi penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta harga saham perbankan tidak terlepas dari adanya aksi jual investor asing sesuai dengan

Faktor tersebut antara lain divergensi pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat serta ketidakpastian pasar keuangan global yang masih terus berlanjut.

Penguatan ekonomi Amerika Serikat (AS) serta dampak kebijakan tarif, juga menahan proses disinflasi di Amerika Serikat. Hal ini berdampak pada menguatnya ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih terbatas.

Selain itu, penguatan mata uang dolar AS pascapemilu AS juga turut mempengaruhi pandangan investor terhadap aset-aset berdominasi rupiah, termasuk saham-saham

“Untuk faktor internal yang mempengaruhi, antara lain tentu kondisi likuiditas pasar dalam menyikapi situasi perekonomian global dan domestik yang masih belum stabil serta penurunan daya beli masyarakat,” kata Dian.

Sebagai informasi, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatat penurunan harga saham yang paling dalam di antara bank-bank KBMI IV dalam tiga bulan terakhir, yakni sebesar 24,08 persen. Pada penutupan perdagangan Selasa, BMRI turun 1,22 persen ke level Rp4.840 per lembar.

Bank-bank lain juga mencatat penurunan harga saham dalam tiga bulan terakhir, di antaranya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) turun 15,63 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) turun 14,75 persen, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 13,24 persen.

Pewarta: Rizka Khaerunnisa


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *